Jumat, 30 Maret 2007

Wimar Terancam Didepak dari "Gubernur Kita"

Bagi pencinta acara Gubernur Kita yang tayang tiap Kamis malam di Jakarta TV, bersiaplah kehilangan Wimar Witoelar. Berdasarkan informasi yang diperoleh berpolitik.com, manajemen Jak TV tengah mendapat tekanan untuk mendepak jubir kepresidenan di era Gus Dur ini dari acara tersebut.

Apa pasal? Rupanya WW, begitu Wimar biasa disapa kalangan dekatnya, telah menyinggung perasaan seorang petinggi pemerintahan di Jakarta. Dalam acara yang menghadirkan para calon gubernur itu, Wimar setidaknya beberapa kali melontarkan komentar yang dianggap menyindir pejabat tersebut. Di antaranya adalah,

Pertama, ketika ia mengomentari soal mengapa pasar tradisional di Paris bisa berkembang sedangnya di Jakarta justru sebaliknya. Ketika itu, Wimar berujar, "Soalnya walikota Paris bukan Sutiyoso."

Kedua, berkaitan dengan soal rencana seorang cagub yang berniat untuk meneruskan program pembangunan yang sudah dilaksanakan Sutiyoso. Ketika itu, Wimar berkata, "Ya, siap-siap saja kita banjir terus."

Ketiga, gurauannya soal pencalonan Sutiyoso untuk posisi Wagub. ketika itu, Wimar berkomentar, karena sudah dua kali jadi gubernur, Sutiyoso tidak mungkin dicalonkan kembali. Tapi tidak dilarang kalau dicalonkan sebagai cawagub.

Ketidakhadirannya dalam program Gubernur Kita dua pekan terakhir ini menguatkan isu bahwa dirinya tengah di"evaluasi". Namun, hal itu lebih disebabkan karena dirinya punya acara lain. Kamis(29/3)kemarin dirinya absen karena dirinya masih di Australia. Sedangkan pada minggu lalu, dirinya juga berhalangan hadir karena harus mengikuti sebuah acara di Surabaya.

Ketika dihubungi berpolitik Jumat (30/3)petang, Wimar malah balik bertanya karena dirinya tak tahu menahu adanya persoalan yang berkaitan dengan komentar yang dia sampaikan dalam acara yang dipandu oleh Effendi Ghazali itu.

Menurut pengakuan Wimar, dirinya dalam beberapa kesempatan bertanya apakah tidak apa-apa dirinya memberikan komentar apa adanya. Pertanyaan itu ditujukan baik kepada jajaran manajemen Jak TV maupun kepada Effendi Ghazali. "Saya malah dianjurkan untuk meneruskan soalnya banyak orang yang sulit berkata jujur. Ini yang saya kagum (dari mereka),"ujarnya. Diimbuhinya, "Mudah-mudahnya mereka tak dipersulit."

Dalam penilaian WW, "Gubernur Kita" memang acara yang penuh resiko. Karena itu merupakan prestasi bagi Jak TV bisa menjalankannya hingga saat ini. Itu, katanya, juga menjadi prestasinya Effendi Ghazali, pakar komunikasi politik yang menjadi "otak" dari acara ini.

"Untuk Indonesia, (acara) tersebut merupakan sebuah terobosan. Ini acara politik, bukan komedi. (Acara) ini mengenai pencalonan gubernur, dimana yang bicara itu calon-calonnya, parpol(pengusungnya). Jadi, yang hadir benar-benar pelakunya," paparnya setengah berpromosi.

Tatkala disinggung tentang materi komentar yang dinilai telah menyinggung pejabat politik di Jakarta itu, Wimar justru menilai apa yang dilontarkannya sebagai sesuatu yang netral saja. Contohnya, soal pencalonan Sutiyoso sebagai wagub. Hal itu sebenarnya pernah terjadi di Argentina. "Lantaran sudah beberapa kali jadi presiden, maka presidennya mencalonkan diri sebagai wapres dan yang jadi presiden istrinya," kata pengelola program perspektif baru ini.

Meski begitu, WW mengakui tiap orang punya kepekaan yang berbeda. Malah, kata dia, bisa jadi ketersinggungan itu, jika benar ada, bukan karena komentar yang diucapkannya. "Bisa saja bukan karena itu. Kalau Sutiyoso nggak suka, dia juga nggak pernah ngomong, ya. Jadi bagaimana bisa tahu?" ungkapnya lagi.

Komentarnya yang jujur dan pertanyaan-pertanyaannya yang bernas membuat kehadiran dirinya dianggap memberikan warna tersendiri pada acara ini. Ini tak lepas dari pendiriannya untuk tidak memikirkan apa yang menjadi sikap pejabat tertentu. "Saya nggak mau mikiran apa sikap bapak ini, bapak itu. Kalau memikirkan hal-hal seperti itu, nanti terlalu banyak pertimbangan. Saya sih mengatakan apa adanya saja."

Wimar mengingatkan resiko program di televisi berhenti di tengah jalan bukanlah fenomena baru di republik ini. Ia sendiri setidaknya mengalami dua kali. Program Perspektif di SCTV dan Selayang Pandang di Indosiar. "Tampil di televisi merupakan fasilitas yang diberikan pihak stasiun. Tapi, kalau sekarang masih ada yang kayak itu, saya nggak nyangka saja," ujarnya.

Dalam catatan berpolitik, program acara "Republik Benar-Benar Mabok" yang ditayangkan di Indosiar terhenti siarannya lantaran adanya isu ketidaksukaan salah seorang petinggi di republik ini. Belum lama berselang, acara sejenis yang bertajuk "Republik Baru Bisa Mimpi" yang ditayangkan di Metro TV juga dihantam isu bakal disomasi oleh seorang menteri. Belakangan menteri yang disebut-sebut akan menyomasi acara itu menegaskan bahwa itu masih merupakan wacana dan bukan sikap resmi pemerintah melainkan sikap pribadinya belaka.

Selain tampil di acara "Gubernur Kita", di Jak TV Wimar juga mengelola acara yang bertajuk "Wimar World's" yang siarkan tiap Rabu malam.

Apakah WW jadi didepak? Tunggu saja Kamis malam pekan depan. Jika tak sempat, bisa baca ulasan acara Gubernur Kita di perspektif online. berpolitik

PKS StoryWirausaha Indonesia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami:

Kantor : Gedung twink Lt 3, Jl Kapten Tendean no. 82, Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Telp: 021-73888872/021-70692409

Email : cheriatna@gmail.com




Entri Populer

Info Haji

Biro Travel Haji Plus dan Umroh Prima Saidah