Rabu, 04 April 2007

Jangan Terus Sudutkan Pesantren dengan Terorisme'

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid meminta pihak-pihak tertentu untuk tidak terus-menerus mennyudutkan pondok pesantren dengan isu terorisme. Karena, kata dia, sangat mustahil pesantren itu mempunyai kaitan dengan masalah terorisme.

''Sejak dahulu saya menjamin, tidak ada teroris di dalam pesantren. Yang ada dalam pesantren itu adalah 'teloris', yaitu telur ayam yang kita makan itu,'' jelas Hidayat Nur wahid, saat memberikan ceramah pada acara syukuran 46 tahun Ponpes Wali Songo, Ngabar, Ponorogo, Rabu, (4/4).

Hidayat mengakui, operasi terhadap masalah terorisme yang gencar dilakukan belakangan ini, sedikit banyak telah berimbas kepada dunia pesantren. Banyak pihak yang sebenarnya tidak memahami dunia pesantren yang akhirnya menjadi apriori. Bahkan, banyak orang tua santri yang akhirnya khawatir. Karena, kata dia, mereka takut anaknya dicap sebagai seorang teroris.

Dunia pesantren menurut Hidayat, adalah dunia yang tidak layak untuk dicurigai. ''Karena itu, saya meminta kepada pemerintah, kepada aparat, jangan terus-menerus mencurigai dunia pesantren. Ketika ada rencana, para santri akan diambil sidik jarinya, saya menolak. Dan saya langsung bicara sama presiden dan Kapolri. Saya jamin di dunia pesantren tidak ada terorismenya,'' ujar Hidayat, yang penah mondok di pesantren itu.

Ditambahkan dia, kalau dunia pesantren terus menerus disudutkan dengan isu terorisme, nanti akan berimbas kepada umat Islam di Indonesia. ''Makanya cara-cara menyudutkan pesantren harus dihentikan,'' tegas dia. Dalam sejarah sendiri, menurut Hidayat, umat Islam dan pondok pesantren mempunyai peranan yang sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Dengan demikian, kontribusi umat Islam dan dunia pesantren sangat sangat besar. Karena, tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan bangsa, pada umumnya dari kalangan pondok pesantren.

''Bahkan kita ketahui, bapak bangsa kita Bung Karno, itu adalah muridnya tokoh umat Islam, HOS Tjokroaminoto. Bung Karno, sebelum mendirikan PNI, adalah murid Pak Tjokro. Dan Pak Tjokro itu yang mendirikan Partai Syarekat Islam atau PSI. Belum ada partai-partai lain dalam masa penjajahan, yang berdiri paling awal adalah partai Islam, yaitu PSI. Ini sejarah, tidak bisa diabaikan'' tandas Ketua MPR ini.

Dengan kenyataan seperti itu, tandas dia, kebangkitan nasionalisme melawan penjajah, itu digerakan oleh tokoh Islam. ''Makanya umat Islam ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perjalanan sejarah bangsa. Itulah sebanya, umat Islam ini harus mendapatkan posisi yang terhormat dalam kehidupan bangsa. Jangan terus menerus disudutkan,'' papar dia, Begitulah Republika
Blogger Indonesia PKS Success Story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami:

Kantor : Gedung twink Lt 3, Jl Kapten Tendean no. 82, Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Telp: 021-73888872/021-70692409

Email : cheriatna@gmail.com




Entri Populer

Info Haji

Biro Travel Haji Plus dan Umroh Prima Saidah