Demikian dinyatakan Presidium Aliansi Pemuda Jakarta Untuk Pilkada Damai, Suhatman, di Jakarta kemarin. “Kalau partai-partai itu mencalonkan figur yang berbeda dari yang diharapkan, bukan lantas memprovokasi masyarakat untuk memboikot pilkada. Golput itu sama saja dengan memboikot,” tegas Sekretaris Gema Budhis itu.
Lebih lanjut, Suhatman mengemukakan, para politisi dan pengamat mestinya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat bagaimana menghargai dan menghormati orang atau institusi yang berbeda keyakinan.
“Berikan kesempatan kepada mereka yang dipercaya partai untuk membuktikan janji dalam kampanye. Sebaliknya, politisi dan pengamat meyakinkan masyarakat bahwa siapapun yang terpilih tetap dikontrol,” jelas Suhatman.
Ia juga mengingatkan politisi dan pengamat yang tidak suka terhadap salah satu calon jangan lantas berteriak-teriak di media dan mengajak orang golput. “Sampaikan kabar-kabar yang menyejukkan, bukan memanas-manasi situasi. Itu namanya tidak dewasa dalam berdemokrasi,” imbuhnya.
Hal senada diutarakan Direktur Lembaga Penelitian dan Pemantau Pembangunan Daerah (LP3D) Rico Sinaga. Menurutnya, para pengamat atau politisi jangan memprovokasi rakyat hanya karena cagub yang didukungnya gagal.
“Kalau mereka mau perubahan, gunakanlah hak pilih. Kalau golput, berarti tak ingin ada perubahan,” tandasnya
Rakyatmerdeka
PKS Story
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar